Para siluman, makhluk mengerikan, jahat, dan bengis mengisi legenda-legenda seluruh dunia. Sesuatu yang harus dihapuskan keberadaannya. Mereka iblis, dan binatang berselimut wujud manusia, tapi keberadaan mereka bukan hanya sekedar legenda, karena aku adalah mereka
SAIREN…
Bayangan Cinta Dibalik Cahaya Kematian
Inggris, London 1870.
“Keluarga Harish, keluarga bangsawan inggris yang dihormati, setidaknya kau beruntung, John Harish, putra ketiga keluarga Harish tertarik padamu Grace, ini bisa membantu keluarga kita yang diambang kehancuran”. Nyonya Lilian menggerakkan sisir putih yang merapikan rambut merah Grace, putrinya.
“ Mama, aku akan menuruti semua hasrat Mama, karena Mama adalah jiwaku.”
Ny. Lilian, dapat melihat senyum manis Grace yang terpantul dari cermin besar didepannya, dia menyisihkan rontokan rambut Grace dari sisir putih yang digenggamnya.
“Aku tau kau Grace putriku, kau adalah hartaku yang berharga, sinar mata birumu yang indah itu tidak mungkin dapat diabaikan oleh John Harish, kau harus berbuat baik padanya, putriku.” Ny. Lilian mengecup pipi putrinya dengan rasa harapan, serta kasih sayang. Jepit bunga rose merah itu dihiaskan dirambut bergelombang Grace yang panjang.
“ Selamat malam tuan Harish yang terhormat, beserta Ny. dan tuan Muda John.” Grace merendah, mengangkat gaunnya memberi hormat pada keluarga Harish. Tuan Harish terpana melihat kecantikan Grace yang memancar alami, matanya cukup lama tak berkedip.
“ Kau yang bernama Grace bukan?, pantas saja putraku John ingin menjadikanmu istrinya, kau memang cantik seperti yang disebut-sebutkan.”
Tuan Harish memuji Grace dengan senyumnya, dia merapikan kumis panjangnya yang tebal, dan tertawa. John mengernyitkan dahinya mendengar ucapan ayahnya, mimik wajahnya terlihat berubah.
“ Terima kasih tuan Harish, saya merasa sangat tersanjung dengan ucapan tuan, marilah silahkan menikmati hidangan yang sudah disiapkan keluarga kami.” Ajak Grace, dengan hiasan senyum kecil dibibirnya.
“ Mari Tuan, dan Nyonya!”. Pelayan keluarga Grace menggantungkan jas hitam, tuan Harish dan John, serta mantel bulu beruang milik Ny. Hamilton, ibu John.
“ Ha, ha, ha Tuan Grand anda memang orang yang menyenangkan, aku sangat setuju pernikahan putraku John, dengan Grace untuk segera dilaksanakan”. Ucap tuan Harish kepada Tuan Grand, ayah Grace.
“ Grace mengapa kau tidak mengajak John untuk berkeliling, cepat ajak John berkeliling!”. Tuan Grand berbisik pada telinga kanan Grace. Grace hanya menganggukkan kepalanya.
“ Tuan John maukah anda berkeliling bersama saya?. Suatu kehormatan jika saya dapat menemani tuan untuk berkeliling.” John bangkit dari kursinya. Tangan kanannya merapikan kerah kemeja putihnya yang sedikit tak beratur.
“ Tentu saja nona Grace”. John menawarkan lengan kanannya pada Grace, Grace pun melingkarkan tangannya menyimpul pada lengan John. Tuan Grand melihat kearah John dan Grace, dia tersenyum, tapi bukan senyum yang terlihat baik.
“ Tuan John saya sangat senang ketika anda membantu keluarga saya, tapi saya tak sangka anda ternyata mau menjadikan saya sebagai istri anda.” John, dan Grace duduk pada bangku hitam dipinggir kolam taman rumah Grace. Senyap, sepi, seperti hanya mereka yang hadir saat ini. John tersenyum kecil mendengar ucapan Grace.
“ Grace, aku bukan seorang lelaki yang gampang tertarik pada seorang wanita, dan ternyata kau mampu membuat hatiku bicara yang lain tentang rasa cinta, bukan lelucon, atau pujian murahan, tapi kecantikkanmu memang berbeda, tak serupa dengan wanita manapun yang kutemui”. John menyampingkan tubuhnya menghadap Grace. Jari-jemari John menyentuh gerai helai rambut merah yang berurai lemas dibahu kanan Grace. Grace tersenyum kecil, tangan kanannya menyentuh tangan John yang berada dibahunya.
“ Terima kasih tuan John, anda lelaki tampan bijak yang aku hormati, kelak jika kau jadi suamiku, aku tak ingin mengecewakanmu dengan kesalahan”. Wajah cantik Grace semakin terlihat cantik ketika berada dekat dengannya. Sepasang mata John tak mau berkedip, dan mendustakan kecantikan Grace. John teringat sesuatu yang sempat terhilang dari benaknya, dia mengais kantung dalam celana hitamnya.
“ Grace ini “. John menunjukkan sebuah kalung, dengan bandul batu rubi merah yang bersinar.Kalung yang sangat indah, dan sangat mewah bercahaya.
“ Anggaplah ini hadiah kecil dariku Grace, kalung ini hanya pantas melingkar dileher milikmu saja, pakailah ini Grace!” Pinta John.
Grace tersenyum senang melihat kalung rubi John itu. Dia menyibakkan rambut panjangnya untuk memudahkan John memakaikan kalung itu untuknya.
“ Kau sungguh cantik Grace, aku mengagumimu sebagai seorang wanita terhormat... .” Cahaya berbinar rubi merah itu terpantul jelas, dan menyatu dengan kulit putih Grace yang bersinar, gaun merah muda yang dikenakan Grace menambah indah dirinya.
“ Oh, Kalung yang sungguh indah menawan! Terima kasih John.” John mendekatkan wajahnya pada Grace, sesak pun terasa karena napas John yang hangat menghembus pada wajah Grace. Grace memejamkan sepasang mata birunya. Tidak ada suara dari John, dan Grace. Tanpa sadar, apa yang sesungguhnya terjadi. Bibir John telah menyentuh bibir Grace.
“ Ny. Hamilton sungguh terkenal, Ny. memang cantik pantas saja John memiliki wajah tampan, karena John mirip dengan anda.” Ny. Lilian bercengkrama diruang tamu kehormatan bersama Ny. Hamilton. Ruangan ini penuh dengan perkakas, dan pajangan guci yang mewah dan bersinar. Ny. Hamilton merasa nyaman bersandar di sofa empuk yang kini ditempatinya. Dia pun tak hentinya menyantap nikmatnya teh sedap yang dihidangkan.
“ Hem…Ya wajah John memang mirip denganku, namun sifatnya mirip sama ayahnya, keras kepala, bijak dan bepikir jauh kedepan, aku terkadang tak paham pola pikirnya yang rumit, walau begitu John tetap putraku yang paling menurut, dibanding kedua kakaknya, dan ketiga adiknya.” Tangan Ny. Hamilton menggerakkan kipas didepan wajahnya, untuk sedikit menghilangkan panas yang menderanya kini.
“Aaaaaaaaaa, John!!!”. Ny. Lilian, dan Ny. Hamilton terkejut mendengar teriakan itu. Teriakan seperti seorang yang akan menerima hukuman gantung. Semua orang bergegas pergi kearah teriakan itu terdengar menyambar.
“ John, John, John bangun!!!.”
“ Grace, apa yang kaulakukan???”. Tanya Ny. Lilian
Semua terkejut, dan panik tak terhingga, apa yang kini ada dihadapan mereka adalah sebuah kolam merah darah. Dipinggir kolam Grace memeluk John dengan bersimbah darah.
Ny. Hamilton langsung tak sadarkan diri melihat hal ini, pelayan pun menangkapnya, dan membawanya pergi dari tempat ini. Tuan Harish mengelus dadanya, goncangan sakit melanda sekujur tubuhnya. Tuan Grand membantu menyangga tubuh tuan Harish dengan kedua tangannya, agar tuan Harish tetap mampu berdiri.
“ John, John, John!!!”. Teriak Grace, tangannya menepuk keras pipi John. Ny. Lilian segera menghampiri Grace, dan John.
“Grace, apa yang terjadi???.” Nada keras, dan panik terlontar dari pertanyaan itu.
“ Ada hantu mengerikan yang menghampiri kami, dia menggigit leher John, dan aku dengan cepat, seperti bayangan, dan pergi lenyap begitu saja.!!! Aku takut, takut, takut sekali!!!”. Histeris Grace, air matanya mengalir deras, dan meratap tak henti.
Ny. Lilian tak percaya dengan ucapan Grace dia yang dianggapnya sungguh mustahil terjadi. Dia mendekat kearah John, dan memegang luka John. Astaga ini bukan luka kecil, bagian leher kanan John terkoyak, seperti bekas gigi manusia menancap dalam. Kemudian Ny. Lilian memeriksa leher Grace.
“Grace Kau berdusta, kau mengarang, tidak ada luka seperti John dilehermu!!!”. Mata Ny. Lilian terlihat merah, wajahnya pun terlihat seram, amarahnya memang sungguh sudah terlihat. Grace memeriksa lehernya dengan tangan kirinya, ternyata memang tak ada luka.
“ Tapi, aku memang…”. Grace bingung dan panik tak terhingga, benar-benar tidak ada luka. Lehernya mulus seperti biasanya.
“ Wajahmu Grace, bibirmu penuh dengan darah, jangan-jangan kau….” Ny. Lilian menangis histeris, dia merangkak mundur menjauhi Grace.
Tiba-tiba John membuka matanya.
“Grace, Grace menggigitku!!! Grace kau iblis, kau iblis, kau mau membunuhku!!!!.” Suara serak John keluar, darah pun ikut menyembur dari bibirnya. Grace melepaskan pelukkannya terhadap John yang marah.
“ Tidak John, bukan aku, itu bukan aku, hantu itu yang melukaimu!!!!”. Grace menangis dan berlari ketakutan. Ny. Lilian, dan beberapa pelayannya mengejar Grace. John diselamatkan tuan Harish, dan tuan Grand.
“ John bertahanlah, dokter akan mengobati lukamu!!!.” Ucap tuan Harish dengan kepanikan, karena darah John terus keluar tak berhenti. Lukanya memang seperti disebabkan serangan gigitan dari seorang manusia. Tapi mengapa separah ini?.
“ Apa yang terjadi…”. Tuan Grand begitu bingung dengan kejadian menakutkan yang tak pernah mampu dibayangkannya.
“Grace, Grace tunggu!!!! Kau pembunuhnya, Grace!!!”. Teriak Ny. Lilian. Grace tak mendengar panggilan penuh amarah itu, dia ingin pergi dari rumah ini. Kejadian ini bisa membuatnya menjadi gila. Kakinya kini hanya berlapis kulit, tanpa sepatu indahnya yang menghilang lepas entah berada dimana. Gaun indahnya yang mulai terkoyak memang sudah dilukis oleh darah segar.
“ Bukan aku, itu bukan aku… .” Grace sudah berada tepat didepan gerbang pagar rumahnya yang tinggi menjulang, tidak ada penjaga disana, tapi pagar itu dikunci kuat. Sementara dia tau Ny. Lilian dan para pelayan pasti akan segera mendapatkan dirinya mati terjebak.
“ Bagaimana aku bisa keluar???.” Tanya Grace memutar otaknya. Tiba-tiba dadanya merasakan hawa panas yang menyiksa. Tanpa sadar tangan Grace bergerak tanpa hasratnya seorang.
“ Apa??? Tanganku???.” Kedua tangan Grace mendorong pagar raksasa itu tanpa titah hatinya.
“ JRAGGGG.”
Pagar itu tumbang bagai pohon yang ditebang, Grace memang masih heran apa sebenarnya semua kekacauan dan keanehan ini, namun dia tak mungkin diam saja menunggu untuk ditemukan. Dia berlari secepatnya kemana pun dia bisa berlari. Tubuhnya tak kunjung juga mati lemah, bahkan tambah sehat seakan menyuruh Grace untuk tetap lari.
“ Dimana Grace???.” Pertanyaan itu mati beku dari batin Ny. Lilian ketika melihat Pagar besar kokoh pelindung rumahnya berbaring rubuh. Para pelayan pun tetap saja terbayang pikiran aneh dan janggal. Teka-teki ini makin membuat mereka seperti tertarik dalam kelamnya dunia mimpi buruk.
“ Bagaimana ini Ny. Lilian?, Nona Grace benar-benar berlari dengan cepat, kita tak mampu mendapatkannya kalau seperti ini, Nona Grace harus ditemukan, tapi kita butuh bantuan pihak lain untuk mencarinya.” Tuan Richie, Pelayan kepercayaan keluarga Grand sudah merasakan kegagalan dalam pengejaran ini. Tangan keriputnya yang lelah menghapus butir-butir air kelelahan yang membasahi wajahnya yang tua, dan kusam. Matanya menatap keatas langit yang gelap dan hampa.
Bersambung.
0 komentar:
Posting Komentar
Please Write Your Comment, After Read My Story